PROSES PERKEMBANGAN DAN
HUBUNGANNYA DENGAN BELAJAR
DI SUSUN OLEH: KELOMPOK III
NAMA :
1.HASBI (1606103030017)
2.NAZIRAH (1606103030056)
3.KHAIRIAH
(1606103030029)
4.SRI AGUSTINA (1606103030023)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
BANDA
ACEH
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kapada tuhan
yang maha esa karena dengan rahmat tuhan dan karunianya serta taufik dan
hidayah nya kami telah dapat menyelesaikan tugas sebuah makakah dengan judul Proses perkembangan dan hubungannya dengan
belajar dengan baik dan tepat waktu meskipun dalam makalah ini masih banyak
kekurangan di dalam nya.Dan kami juga berterima kasih kepada bapak Drs.M.Husen,Mpd Selaku Dosen yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan serta ilmu pengetahuan.Kami juga menyadari
sepenuh nya bahwa di dalam makalah yang saya buat ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu Kami berharap ada
sebuah kritikan atau saran untuk dapat menjadi lebih sempurna untuk kami dan
buat untuk masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat
bermanfaat dan di pahami oleh setiap pembacanya.sebelum nya saya meminta maaf
apabila terdapat kesalahan yang tidak berkenan dan kami memohon sebuah kritikan
apabila terdapat salah tertulis title,nama,dll yang bersangkutan dengan makalah
ini.
BANDA ACEH,2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Belajar merupakan salah
satu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam
lingkungan, yang menghasilkan dalam diri seorang anak, baik dalam pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan terbatas. Perumusan
itu berlaku bagi segala macam kegiatan belajar dan tidak terbatas pada salah
satu bentuk tertentu. Setiap kegiatan belajar akan menghasilkan suatu perubahan
pada anak.Terjadinya perubahan tersebut karena adanya pertumbuhan dan
perkembangan.Dan jika seseorang tidak dapat mengikuti pertumbuhan dan
perkembangan itu maka belajar seseorang akan kurang maksimal. Karena
perkembangan adalah suatu perubahan-perubahan kearah yang lebih maju dan dewasa
dan perubahan-perubahan itu juga didukung dengan kematangan fisik seseorang
atau yang disebut dengan pertumbuhan. untuk itulah kami membuat makalah
yang berjudul “Hubungan antara perkembangan dengan belajar”,agar kita dapat
lebih mudah memahami hubungan antara perkembangan dengan belajar karena itu
adalah salah satu modal yang sangat penting kita kuasai saat kita akan mengajar
atau belajar nanti.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian
Perkembangan.
2. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan.
3. Untuk Mengetahui Proses
Perkembangan Psiko-Fisik siswa.
4. Untuk
Mengetahui Prose,Fase,dan Hukum perkembangan.
5. Untuk
Mengetahui Faidah perkembangan ranah kognitif siswa
6.Untuk Mengetahui Arti penting perkembangan kognitif
bagi proses belajar siswa
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Perkembangan ?
2. Apa Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan ?
3. Bagaimana Proses Perkembangan
Psiko-Fisik Siswa ?
4. Bagaimana
proses,fase,dan Hukum perkembangan?
1.4 Metode
Penulisan
Kami melakukan penulisan dengan metode
deskribtif yaitu dengan cara mengumpulkan data dengan secara rinci dan ritual
dengan mengunjungi pustaka dan mencari bahan-bahan dari berbagai buku di
perpustakaan
A.PENGERTIAN
PERKEMBANGAN
Perkembangan ( development )
adalah proses atau tahapan pertumbuhan kea rah yang lebih maju. Pertumbuhan
sendiri ( growth) berarti tahapan
peningkatan sesuatau dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan
juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan ( a stage of development ) ( McLeod, 1989 ).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1991 ), “
perkembangan ” adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata “berkembang”
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ini berarti terbuka
atau membentang ; menjadi besar , luas, dan banyak, serta
menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan,
dan sebagainya. Dengan demikian, kata “berkembang” tidak saja meliputi aspek
yang bersifat abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi
aspek yang bersifat konkret.
Dalam Dictionary of Psychology ( 1972) dan The Penguin Dictionary of Psychology ( 1988 )
arti perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan – tahapan perubahan yang
progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organism lainnya,
tanpa membedakan aspek – aspek yang terdapat dalam diri organisme-organisme
tersebut.
Selanjutnya, Dictionary of Psychology di atas secara lebih luas
merinci pengertian perkembangan manusia sebagai berikut.
1. The progressive and continous change in the
organism birth to death, perkembangan itu merupakan perubahan yang progresif dan terus-menerus
dalam diri organisme sejak lahir hingga mati.
2. Growth, perkembangan itu berarti perubahan.
3. Change in the shape and integration of bodily
parts into functional parts, perkembangan berarti perubahan dalam bentuk dan
penyatuan bagian-bagian yang bersifat jasmaniah di dalam bagian – bagian yang
fungsional.
4. Maturation or the appearance of fundamental
pattern of unlearned behavior, perkembangan itu adalah kematangan atau kemunculan pola -pola
dasar tingkah laku yang bukan hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas, penyusun
menyimpulkan bahwa perkembangan adalah rentetan perubahan jasmani dan rohani
manusia menuju kearah yang lebih maju dan sempurna.Pertumbuhan berarti
perubahan kuantitatif yang mengacu pada jumlah, besar, dan luas yang bersifat
konkret. Perubahan seperti ini dimanifestasikan misalnya dalam peristiwa pembesaran
atau penambahan seperti. dari kecil menjadi besar, dari pendek menjadi panjang,
dari sempit menjadi luas, dan lain-lain perubahan material yang berdifat
biologis. Dengan kata lain, pertumbuhan berarti kenaikan dan penambahan ukuran
yang berangsur – angsur seperti badan yang menjadi besar dan tegap, juga kaki
dan tangan yang semakin panjang.
B.FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
Untuk lebih jelasnya, berikut ini penyusun paparkan aliran –
aliran yang berhubungan dengan faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan
siswa.
1.Aliran Nativisme
Para ahli menganut aliran ini berkenyakinan
bahwa perkembangan manusia itu di tentukan oleh pembawaannya, sedangkan
pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa – apa. Sebagai contoh, jika
sepasang orang tua ahli musik, maka anak – anak yang mereka lahirkan akan
menjadi pemusik pula. Harimau pun akan melahirkan harimau, tak akan pernah
melahirkan domba. Jadi pembawaan dan bakat orangtua selalu berpengaruh mutlak
terhadap perkembangan anak –anaknya. Benarkah postulat ( anggapan dasar ) ini
dapat terus bertahan.
Aliran nativisme hingga kini masih cukup berpengaruh dikalang
beberapa orang ahli, tetapi sudah tidak semutlak dulu lagi. Diantara ahli yang
dipandang nativis adalah Noam A. Chomsky kelahiran 1928, seorang ahli
linguistik yang terkenal pada saat ini. Chomsky menganggap bahwa bahwa
perkembangan penguasaan bahasa pada manusia yang tidak dapat dijelaskan semata
– mata oleh proses belajar tetapi juga (yang lebih penting ) oleh adanya “biological predisposition” (kecenderungan
biologis) yang di bawa sejak lahir.
Namum demikian, Chomsky tidak menafikan sama sekali peranan
belajar dan pengalaman berbahasa, juga lingkungan. Baginya, semua ini ada
pengaruhnya, tetapi pengaruh pembawaan bertata bahasa yang jauh lebih besar
lagi bagi perkembangan bahasa manusia ( Bruno, 1928 ).
2.Aliran Empirisisme
Doktrin aliran empirisime yang amat mahsyur
adalah “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis
kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet).
Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan
pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata -mata bergantung pada
lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak
lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut empirisime
menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya
kemampuan dan bakat apa-apa.
Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk
mempelajari ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang politisi. Karena
ia memilki pengalaman belajar dibidang politik, ia tak akan pernah menjadi
pemusik, walaupun orang tuanya seorang pemusik sejati. Memang amat sukar
dipungkiri bahwa lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap proses
perkembangan dan masa depan siswa.Dalam hal ini, lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti menentukan tinggi rendahnya mutu
prilaku dan masa depan siswa.
Kondisi sebuah kelompok masyarakat yang berdomosili dikawasan
kumuh dengan kemampuan ekonomi dibawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum
seperti : mesjid, sekolah, serta lapangan olahragatelah terbukti menjadi lahan
yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal. Anak-anak dilingkungan ini memang
tak punya cukup alas an untuk tidak menjadio brutal, lebih-lebih apabila kedua
orangtuanya kuarang atau tidak berpendidikan.
Namum demikian, perlu pula penyusun mengemukakan sebuah fajta
yang ironis, yakni diantara siswa yang dijuluki nakal dan brutal khusunya di kota-kota
ternyata cukup banyak yang muncul dari kalangan keluarga berada, terpelajar dan
bahkan taat beragama. Sebaliknya, tidak sedik anak pintar dan berakhlak baik
yang lahir dari keluarga bodah dan miskin atau bahkan dari keluarga yang tidak
harmonis disamping bodoh dan miskin.
3.Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran
empirisime dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting
hereditas ( pembawaan ) dengan lingkuanga sebagai factor-faktor yang
berpengaruh dalam perkembangan manusia. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa
jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa
faktor pembawaan tak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan
harapan.
Untuk lebih konkretnya, marilah kita ambil sebuah contoh.
Seorang anak yang normal pasti memiliki bakat untuk berdiri tegak diatas kedua
kakinya. Tetapi apabila anak tersebut tidak hidup dilingkungan masyarakat
manusia, misalnya kalau dia dibuang ke tengah hutan belantara tinggal bersama
hewan, maka bakat yang ia miliki secara turun-temurun dari orangtuanya itu,
akan sulit diwujudkan. Jika anak tersebut diasuh oleh sekelompok serigala,
tentu ia akan berjalan diatas kedua tangan dan kakinya. Dia akan merangkak
seperti serigala pula. Jadi, bakat dan pembawaan dalam hal ini jelas tidak ada
pengaruhnya apabila lingkuangan atau pengalaman tidak mengembangkannya.
Faktor yang mempengaruhi tinggi-rendahnya mutu hasil
perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam.
1. Faktor Internal, yaitu yang ada dalam diri
siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang
turut mengembangkan dirinya sendiri.
2. Faktor Eksternal, yaitu hal-hal yang dating
atau ada diluar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan
pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan.
Perkembangan
Psiko-Fisik Siswa
Sebagian
ahli menganggap perkembangan sebagai proses yang berbeda dari pertumbuhan.
Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi
organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jaasmaniahnya itu sendiri. Dengan kata
lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi
psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik. Perkembangan akan berlanjut
terus hingga manusia mengakhiri hayatnya. Sementara itu, pertumbuhan hanya
terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik (maturation). Artinya, orang
tak akan brtambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah
mencapai tingkat kematangan. Proses-proses perkembangan tersebut meliputi :
1.
Perkembangan Motor (Fisik) Siswa
Perkembangan
motor (motor development), yakni proses perkembangan yang progresif dan
berhubungan dangan perolehan aneka ragam perolehan keterampilan fisik anak
(motor skills).
Proses
perkembangan fisik anak berlangsung kurang lebih selama dua dekade (dua
dasawarsa) sejak ia lahir. Semburan perkembangan (sprurt) terjadi pada masa
anak menginjak usia remaja antara 12 atau 13 tahun hingga 21 atau 22 tahun.
Pada saat perkembangan berlangsung, beberapa bagian jasmani seperti kepala dan
otak yang pada waktu dalam rahin berkembang tidak seimbang (tidak secepat badan
dan kaki), mulai menunjukan perkembangan yang cukup berarti hingga
bagian-bagian lainnya menjadi matang.
Menurut
Gleitman (1987) ada dua bekal pokok yang dibawa anak baru lahir sebagai dasar
perkembangan, yaitu: 1) bekal kapasitas motor (jasmani); dan 2) bekal kapasitas
panca indera (sensori).
Mula-mula
seorang anak yang baru lahir hanya memiliki sedikit sekali kendali terhadap
aktivitas alat-alat jasmaninya. Setelah berusia empat bulan, bayi itu sudah
mulai mampu duduk dengan bantuan sanggahan dan dapat pula meraih dan
menggenggam benda-benda mainnya yang sering hilang dai pandangannya. Kini ia
telah memiliki apa yang disebut grasp reflex (Kennedy, 1997) atau grasping
Reflex (Reber, 1988) yakni gerakan otomatis untuk menggenggam.
Respons
otomatis yang juga dimiliki seorang bayi sebagai bekal dan dasar
perkembangannya ialah rooting reflex (Reber, 1988) yang berarti refleks
dukungan yakni gerakan kepala dan mulut yang otomatis. Dua macam refleks
diatas, grasp dan rooting merupakan kapasitas jasmani yang sampai umur kurang
lebih lima bulan belum memerlukan kendali ranah kognitif karena sel-sel otaknya
sendiri belum cukup matang untuk berfungsi sebagai alat pengendali.
Bekal
psikologi kedua yang dibawa anak dari rahim ibunya ialah kapasitaas sensori.
Berkat adanya bekal kapasitas sensori, bayi dapat mendengar dengan baik bahkan
mampu membedakan antara suara yang keras dan kasar dengan suara lembut ibunya
atau suara lembut wanita-wanita lainnya. Disamping itu bayi juga dapat melihat
sampai batas jarak empat kaki atau kira-kira satu seperempat meter, tetapi
belum mampu memusatkan pandanganya pada barang-barang yang ia lihat.
Namun, kemampuan membedakan warna (walaupun belum mampu menyebut jenis nama
jenis warna), dan mengikuti gerakan benda-benda sudah mulai tampak.
Selanjutnya,
kecuali dua macam bekal bawaan anak seperti diatas, ada empat faktor yang
mendorong perkembangan motor skills anak yang juga memungkinkan campur tangan
orang tua dan guru dalam mengarahkannya, yaitu :
Pertama, pertumbuhhan dan perkembangan
sistem syaraf (nervous syistem). Sistem syaraf adalah organ halus dalam tubuh
yang terdiri atas struktur jaringan serabut syaraf yang sangat halus yang
berpusat di central nervous system, yakni pusat sistem jaringan syaraf yang ada
diotak (Reber, 1988). Pertumbuhan syaraf dn perkembangan kemampuannya membuat
intelegensi (kecerdasan) anak meningkat dan mendorong timbulnya pola-pola
tingkah laku baru.
Kedua, pertumbuhan otot-otot.
Otot-otot adalah jaringan sel-sel yang dapat berubah memanjang dan juga
sekaligus merupakan unit atau kesatuan sel yang memiliki daya mengkerut
(contractile unit). Di antara fungsi pokoknya ialah sebagai pengikat
organ-organ lainnya dan sebagai jaringan pembuluh yang mendistribusikan sari
makanan (Reber, 1988).
Ketiga, perkembangan dan perubahan
fungsi kelenjar-kelenjar endokrin (endocrine glands). Kelenjar adalah alat
tubuh yang menghasilkan cairan atau getah, seperti kelenjar keringat.
Selanjutnya, kelenjar endokrin dalam tubuh yang memproduksi hormon yang
disalurkan keseruh bagian tubuh melalui aliran darah. Lawan endokrin adalah
eksokrin (exocrine) yang memiliki pembuluh tersendiri untuk menyalurkan hasil
sekresinya (proses pembuatan cairan atau getah) seperti kelenjar ludah
(Gleitman, 1987). Berubahnya fungsi kelenjar-kelenjar endokrin seperti adrenal
(kelenjar endokrin yang meliputi bagian atas ginjal dan memproduksi
bermacam-macam hormon termasuk hormon seks), dan kelenjar pituitary (kelenjar
dibagian bawah otak yang memproduksi dan mengatur berbagai hormon termasuk
hormon pengembang indung telur dan sperma), juga menimbulkan pola-pola baru
tingkah laku anak ketika menginjak remaja. Perubahan fungsi kelenjar-kelenjar
endokrin akan mengakibatkan berubahnya pola sikap dan tingkah laku seorang remaja
terhadap lawan jenisnya.
Kempat, perubahan struktur jasmani.
Semakin meningkat usia anak akan semakin meningkat pula ukuran tinggi dan bobot
serta proporsi (perbandingan baggaian) tubuh pada umumnya. Perubahan jasmani
ini akan banyak berpengaruhh terhadap perkembangan kemampuan dan kecakapan
motor skills anak. Kecepatan berlari, kecekatan bergerak, kecermatan menyalin
pelajaran, keindahan melukis dan sebagainya akan terus meningkat seiring dengan
proses penyempuranaan struktur jasmani siswa. Pengaruh perubahan fisik seorang
siswa juga tampak pada sikap dan perilakunya terhadap orang lain karena
perubahan fisik itu sendiri mengubah konsep diri (self-concept) siswa tersebut.
Self-concept atau konsep-diri ialah totalitas sikap dan persepsi seseorang
terhadap dirinya sendiri.
2.
Perkembangan Kognitif Siswa
Istilah cognitive berasal dari kata cognition
yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition
(kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser,
1976). Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai
salah satu domain atau wilayah ranah psikologis manusia yang meliputi setiap
perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengelolaan
informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang
berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi
(perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.
Selanjutnya,
berikut ini akan diuraikan tahapan-tahapan perkembangan kognitif versi Piaget
sebagaimana tersebut berdaasarkan sumber-sumber dari Daehler & Bukatko
(1985), Lazerson (1985), dan Anderson (1990).
1.
Sensory-motor schema (skema-sensori-motor) ialah sebuah atau serangkaian
perilaku terbukayang tersusun secara sistematis untuk merespons lingkungan
(barang, orang, keadaan, kejadian).
2.
Cognitive schema (skema kognitif), ialah perilaku terrtutup berupa tatanan
langkah-langkah kognitif (operations)yang berfungsi memahami apa yang tersirat
atau menyimpulkan lingkungan yang direspons.
3.
Object permanence (ketetapan benda) yakni anggapan bahwa sebuah benda akan
tetap ada walaupun sudah ditinggalkan atau tidak dilihat lagi.
4.
Assimilation (asimilasi), yakni proses aktif dalam menggunakan skema untuk
merespons lingkungan.
5.
Accommodations (akomodasi), yakni penyesuaian aplikasi skema yang cocok dengan
lingkungan yang direspon.
6.
Equilibrium (ekuilibrium), yakni keseimbangan antara skema yang digunakan
dengan lingkungan yang direspons sebagai hasil ketepatan akomodasi.
a.
Tahap Sensori-motor (0-2 tahun)
Selama
perkembangan dalam periode sensori-motor yang berlangsung sejak anak lahir
sampai usia 2 tahun, intelijensi yang dimiliki anak tersebut masih berbentuk
primitif dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka. Meskipun primitif
dan terkesan tidak penting, inteligensi sensori-motor sesungguhnya merupakan
inteligensi dasar yang amat berarti karena ia menjadi fondasi untuk tipe-tipe
inteligensi tertentu yang akan dimiliki anak tersebut kelak.
Anak
pada periode ini belajar bagaimana mengikuti dunia kebendaan secara praktis dan
belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang sedang ia perbuat
kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan seperti diatas.
Ketika
seorang bayi berinteraksi dengan lingkungannya, ia akan mengasimilasikan skema
sensori-motor sedemikian rupa dengan mengerahkan kemampuan akomodasi yang ia
miliki hingga mencapai ekuilibrum yang memuaskan kebutuhannya. Proses asimilasi
dan akomodasi dalam mencapai ekuilibrium seperti diatas selalu dilakukan bayi,
baik ketika ia hendak memenuhi dorongan lapar dan dahaganya maupun ketika
bermain dengan benda-benda mainan yang ada disekitarnya.
Dalam
rentang usia antara 18 hingga 24 bulan, kemampuan mengenal object permanence
anak tersebut muncul secara bertahap dan sistematis. Dalam rentang usia sehatun
setengah hingga dua tahun itu, benda-benda mainan dan orang-oranf yang biasa
berada disekitarnya (seperti ibu dan pengasuhnya) akan ia cari dengan
sungguh-sungguh apabila ia memerlukannya.
b.
Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Periode
perkembangan kognitif pra-operasional terjadi dalam diri anak ketika berumur 2
sampai 7 tahun. Perkembangan ini bermula pada saat anak telah memiliki
penguasaan sempurna mengenai object permanence. Artinya, anak tersebut sudah
memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda, walaupun benda tersebut
sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat dan didengar lagi.
Perolehan
kemampuan berupa kesadaran terhadap eksistensi object permanence (ketetapan
adanya benda) adalah hasil dari munculnya kapasitas kognitif baru yang disebut
representation atau mental repretation (gambaran mental). Secara singkat
representasi adalah suatu yang mewakili atau atau menjadi simbol atau wujud
sesuatu yang lainnya. Representasi mental merupakan bagian penting dari skema
kognitif yang memungkinkan anak berfikir dan menyimpulkan eksistensi sebuah
benda atau kejadian itu berada diluar pandangan, atau jangkauan
tangannya.
Representasi
mental juga memungkinkan anak untuk mengembangkan deferred-imitation (peniruan
yang tertunda), yakni kapasitas meniru perilaku orang lain yang sebelumnya
pernah ia lihat untuk merespon lingkungan. Perilaku-perilaku yang ditiru
terutama perilaku-perilaku orang lain (khususnya orang tua dan guru) yang
pernah ia lihat ketika orang itu merespons barang, oraang, keadaan, dan
kejadian yang dihadapi pada masa lampau.
Dalam
periode perkembangan praoperasional, disamping diperolehnya kapasitas-kapasitas
seperti diatas, yang juga penting ialah diperolehnya kemampuan berbahasa.
c. Tahap
Kongkret-Operasional (7-11 tahun)
Dalam
periode kongkret-operasional yang berlangsung hingga usia menjelang remaja,
anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan
langkah berfikir). Kemampuan langkah berfikir ini berfaedah bagi anak untuk
mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu kedalam sistem
pemikirannya sendiri.
Satuan
langkah berfikir anak kelak akan menjadi dasar terbentuknya intelejensi
intuitif. Intelegensi menurut Piaget , bukan sifat yang biasanya digambarkan
dangan skor IQ itu. Intelejensi adalah proses, yang dalam hal ini berupa
tahapan langkah operasional tertentu yang mendasari semua pemikiran dan
pengetahuan manusia, disamping merupakan proses pembentukan pemahaman.
Dalam
intelejensi operasional anak yang sedang berada pada tahap kongkrit-operasional
terdapat sistem operasi kognitif yang meliputi: 1) conservation; 2) addition of
classes; 3) multiplication of class.
Conservation(konsevasi/pengekalan) adalah kemampuan anak
dalam memahami aspek-aspek komulatif materi, seperti volume dan jumlah.
Addition of classes (penambahan golongan benda) yakni kemampuan ank
dalam memahami cara mengombinasikan beberapa golongan benda yang dianggap
berkelas lebih rendah seperti mawar, melati, dan menghubungkannya dengan
golongan benda yang berkelas lebih tinggi, seperti bunga.
Multiplication of classes (pelipatgandaan golongan
benda), yakni kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara
mempertahankan dimensi-dimensi benda (seperti warna bunga dan tipe bunga) untuk
membentuk gabungan golongan benda (seperti mawar merah, mawar putih, dan
seterusnya).
d.
Tahap Formal-Operasional (11-15 tahun)
Dalam
tahap perkembangan formal-operasional, anak yang sudah menjelang atau sudah
menginjak maasa remaja, yakni usia 11-15 tahun, akan dapat mengatasi masalah
keterbatasan pemikiran kongkret-operasional seperti yang sudah disinggung dalam
uraian sebelumnya.
Dalam
perkembangan tahap akhir ini sorang remaja telah memiliki kemampuan
mengkoordinasikan baik secara simultan (serentak) maupun berurutan dua ragam
kemampuan kognitif, yakni: 1) kapasitaas menggunakan hipotesis; 2) kapasitas
menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapsitas menggunakan hipotesis
(anggapan dasar), seorang remaja akan mampu berfikir hipotesis, yakni
berfikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan
menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respons.
Selanjutny, dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, remaja akan
mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak, seperti ilmu agama
(dalam hal ini misalnya ilmu tauhid), ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstak
lainnya dengan luas dan lebih mendalam.
3.
Perkembangan Sosial dan Moral Siswa
Pendidikan,
ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan kemasyrakatan), adalah upaya penumbuh
kembangan sumber daya manusia melalui proses hubungan interpersonal (hubungan
antar pribadi) yang berlangsung dalam lingkungan masyarakat yang terorganisasi,
dalam hal ini masyarakat pendidikan dan keluarga.
Perkembangan
psikososial siswa, atau sebut saja perkembangan sosial siswa, adalah proses
perkembangan kepribadian siswa selaku anggota maasyarakat dalam berhubungan
dengan orang lain. Perkembangann ini berlangsung sejak masa bayi hingga akhir hayatnya.
Perkembangan sosial, menurut Bruno (1987), merupakan proses pembentukan
social-selft (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya,
bangsa, dan seterusnya.
Seperti
dalam proses-proses perkembangan lainnya, proses perkembangan sosial dan moral
siswa juga selalu berkaitan dengan proses belajar. Ini bermakna bahwa proses
belajar itu amat menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku
sosial yang selaras dengan norma moral agama, moral tradisi, moral hukum, dan
norma moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat siswa yang bersangkutan.
Dalam
dunia psikologi belajar terdapat aneka mazhab (aliran pemikiran)yang
berhubungan dengan perkembangan sosial. Diantara ragam mazhab, perkembangan
sosial ini yang pling menonjol dan layak dijadikan rujukan ialah, 1) aliran
teori coqnitive psychology dengan tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence
Kohlbreg; 2) aliran teori social learning dengan tokoh utama Albert Bandura dan
R.H. Walters.
a. Perkembangan Sosial dan
Moral Versi Piaget dan Kohlberg
Piaget
dan Kohlberg menekankan bahwa pemikiran moral seoranga anak, terutama
ditentukan oleh kematangan kapasitas kognitifnya. Sementara itu, lingkungan
sosial merupakan pemasok materi mentah yang akan diolah oleh ranah kognitif
anak tersebut secara aktif.
Ada dua
macam metode yang diaplikasikan Piaget untuk melakukan studi mengenai
perkembangan moral anak dan remaja, yaitu:
1.
Melakukan observasi terhadap sejumlah anak yang bermain kelereng dan
menanyainya mereka tentang aturan yang mereka ikuti.
2.
Melakukan tes dengan menggunakan beberapa kisah yang menceritakan perbuatan
salah dan benar yang dilakukan anak-anak, lalu meminta responden (yang terdiri
atas anak dan remaja) untuk menilai kisah-kisah tersebut berdasarkan
pertimbangan moral mereka sendiri.
Berdasarkan data hasil studynya diatas, Piaget
menemukan dua tahap perkembangan moral anak dan remaja yang antara tahap
pertama dan kedua diselingi dengan masa transisi, yakni pada usia 7-10
tahun.
Alhasil,
menurut Kohlberg perkembangan sosial dan moral manusia itu terjadi dalam tiga
tingkatan besar, yakni:
1.
Tingkat moralitas prakonvensional, yaitu ketika manusi menjelang dan mulai
memasuki fase perkembangan prayuwana (usia 4-10 tahun) yang belum menganggap
moral sebagai kesepakatan tradisional.
2.
Tingkat moralitas konvensional, yaitu ketika manusia menjelangdan mulai
memasuki fase perkembangan yuwana (usia 10-13 tahun) yanga sudah menganggap
moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.
3.
Tingkat moralitas pascakonvesional, yaitu ketika manusia telah memasuki fase
perkembangan yuwana dan prayuwana (usia 13 tahun keatas) yang memandang moral
lebih dari sekedar kesepakatan tradisi sosial.
b. Perkembangan Sosial dan
Moral Versi Teori Belajar Sosial
Teori
belajar sosial adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan
dengan teori-teori belajar lainnya.salah satu seorang tokoh utama teori ini
adalah Albert Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford Amerika
Serikat.
Prinsip
dasar belajar hasil temuan Bandura meliputi proses belajar sosial dan moral.
Menurut Bnadura seperti yang dikutip Baelow (1985), sebagian besar dari yang
dipelajari manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh
perilaku (modeling).
Pendekatan
teori belajar sosial terhadap perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan
pada perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).
Conditioning. Menurut prinsip-prinsip kondisioning, prosedur
belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan
prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan
reward (ganjaran/memberi hadiah atau mengganjar) dan punishment
(hukuman/memberi hukuman).
Imitation. Prosedur lain yang juga penting dan menjadi
bagian yang integral dengan prosedur-prosedur belajar menurut teori social
learning, ialah proses imitasi atau peniruan. dalam hal ini orang tua dan guru
seyogianya memainkan peran penting sebagai seorang model atau tokoh yang
dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswa.
C.HUKUM PERKEMBANGAN
Pengertian hukum dalam perkembangan sudah tentu berbeda
dengan hukum dalam dunia peradialan atau peraturan konstitusional. Hukum
dalam pembahasan ini berarti kaidah atau patokan mengenai terjadinya peristiwa
tertentu.secara spesifik,hukum perkembangan dapat diartikan sebagai “kaidah
atau patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan”.
Dapat juga dikatakan, hukum perkembangan adalah patokan generalisasi, mengenai
sebab dan akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri manusia.
1.Hukum konvergensi
Perkembangan manusia pada dasarnya tida hanya di pengaruhi
oleh factor pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan. Hal ini
berarti masa depan kehidupan manusia, tak terkecuali para siswa, bergantung
pada potensi pembawaan yang mereka warisi dari orangtua pada proses pematangan,
dan pada proses pendidikan yang mereka alami. Seberapa jauh perbedaan pengaruh
antara pembawaan dengan lingkungan, bergantung pada besar kecilnya efek
lingkungan yang di alami siswa.
2.Hukum perkembangan dan pengembangan diri
Pada anak balita, wujud pertahanan diri itu berupa tangisan
ketika lapar, atau teriakan yang disertai pelemparan batu ketika mendapat
gangguan hewan atau orang yang ada disekelilingnya. Dari usaha mempertahankan
diri ini, berlanjut menjadi usaha untuk mengembangkan diri. Naluri pengembangan
diri pada anak, antara lain memanifestasikan dalam bentuk bermain untuk
mengetahui yang ada di sekelilingnya. Selanjutnya, pada anak –anak biasanya
tampak keingintahuannya terhadap sesuatu itu berkali – kali. Alhasil, manusia
berkembang karena adanya insting atau naluri pembawaan sejak lahir yang
menuntutnya untuk bertahan dan mengembangkan diri di muka bumi ini.
3.Hukum masa peka
Peka artinya mudah terangsang atau mudah menerima stimulus.
Masa peka adalah masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk
mengermbangkan fungsi-fungsi tertentu, seperti fungsi mulut untuk berbicara dan
membaca, fungsi tangan untuk menulis, dan sebagainya. Masa “ mudah dirangsang “
ini sangat menentukan cepat dan lambatnya siswa dalam menerima pelajaran.
Artinya, jika seorang siswa belum sampai pada masa pekanya untuk mempelajari
suatu materi pelajaran, materi pelajaran tersebut akan sangat sulit diserap dan
diolah oleh system memorinya.
4.Hukum keperluan belajar
Keperluan belajar bagi proses perkembangan, terutama
perkembangan fungsi-fungsi psikis tak dapat kita ingkari, meskipun kebanyakan
ahli tidak menyebutnya secara eksplisit. Bahkan, kemampuan berjalan yang secara
lahiriah dapat diperkirakan akan muncul dengan sendirinya ternyata masih juga
memerlukan belajar, meskipun sekedar mengfungsikan organ kaki anak yang
sebenarnya berpotensi untuk bias berjalan sendiri itu.
5.Hukum kesatuan anggota badan
Proses perkembangan fungsi-fungsi organ jasmaniah tidak
terjadi tanpa diiringi proses perkrmbangan fungsi-fungsi rohaniah. Dengan
demikian suatu tahapan perkembangan tidak terlepas dari tahapan perkembangan
lainnya. Jadi, perkembangan panca indera misalnya, tidak terlepas dari
perkembangan kemampuan mendengar, melihat, berbicara, dan merasa. Selanjutnya
kemampuan-kemampuan ini juga tidak terlepas dari perkembangan berpikir,
bersikap, dan berperasaan.
6.Hukum tempo perkembangan
Lambat atau cepatnya proses perkembangan seseorang tidak sama
dengan orang lain. Dengan kata lain, setiap orang memiliki tempo perkembangan
masing-masing. Tempo-tempo perkembangan manusia umunya terbagi dalam kategori :
cepat, sedang, dan lambat. Tempo perkembangan yang terlalu cepat atau terlalu
lambvat biasanya menjukkan kelainan yang relative sangat jarang terjadi
.
7.Hukum irama perkembangan
Disamping ada tempo, didalam perkembangan juga dikenal adanya
irama atau naik-turunnya proses perkemabangan. Artinya, perkembangan manusia
itu tidak tetap, terkadang naik terkadang turun. Pada suatu saat seorang anak
mengalami perkembangan yangh tenang, sedangkan pada saat lain ia mengalami
perkembangan yang menggoncangkan.
8.Hukum rekapitulasi
Hukum ini berasal dari teori rekapitulasi (recapitulation theory) yang berisi doktrin yang
mengatakan bahwa perkembangan proses perkembangan individu manusia adalah
sebuah mikrokosmik (dunia kehidupan kecil) yang mencerminkan evolusi kehidupan
jenis makhluk hidup dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat yang paling
kompleks. Ada dua aspek yang digambarkan oleh teori ini, yakni aspek psikis dan
aspek fisik (Reber, 1988).
D.ARTI PENTING
PERKEMBANGAN KOGNITIF BAGI PROSES BELAJAR SISWA
Program pengajaran di sekolah yang baik adalah
yang mampu memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka. Sehubungan dengan ini, setiap
guru sekolah selayaknya memahami seluruh proses dan tugas perkembangan manusia,
khususnya yang berkaitan dengan masa prayuwana dan yuwana, yakni anak-anak dan
remaja yang duduk di sekolah-sekolah dasar dan menengah. Pengetahuan mengenai
proses perkembangan dengan aspeknya itu sangat banyak manfaatnya, antara lain:
1.
Guru dapat
memberikan layanan bimbingan yang tepat kepada para siswa, relevan dengan
tingkat perkembangannya.
2.
Guru dapat
mengantisipasi kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa lalu segera
mengambil langkah yang tepat untuk menanggulanginya.
3. Guru dapat mempertimbangkan
waktu yang tepat untuk memulai aktivitas proses mengajar-belajar bidang studi
tertentu.
4.
Guru dapat
menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) untuk materi atau pokok bahasan yang akan disajikan.
Ranah
psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang
berkedudukan pada otak ini, dalam perpestif psikologi kognitif adalah sumber
sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa)
dan ranah psikomotor (karsa). Tidak seperti organ tubuh lainnya, organ otak
sebagai markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktivitas akal
pikiran, melainkan juga menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan.
Yang terpenting bagi guru dan siswa adalah menjaga agar semua sel otak tetap
bekerja dan aktif dalam memasok energi mental sehingga kapasitas akal
senantiasa meningkat (Larson, 2006).
E.FAIDAH PERKEMBANGAN
RANAH KOGNITIF SISWA
Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan
berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kognitif sendiri, melainkan juga
terhadap ranah afektif dan psikomotori siswa seperti sebagai berikut:
1.Mengembangkan
Kecakapan Kognitif Siswa
Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan
kognitif siswa yang amat perlu dikembangkan segera khususnya oleh guru, yakni:
a.
Strategi
belajar memahami isi materi pelajaran.
b.
Strategi
meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap
pesan-pesan dan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut.
Tugas guru ialah menggunakan pendekatan mengajar
yang memungkinkan siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada
pemahaman yang mendalam terhadap isi materi pelajaran dan mengembangkan
kecakapan para siswa memecahkan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang
dimilikinya.
2. Mengembangkan Kecakapan Afektif
Keberhasilan pengembangan kognitif juga
menghasilkan kecakapan ranah afektif. Contoh, seorang guru agama yang piawai
dalam mengembangkan kecakapan kognitif, yakni pemahaman mendalam terhadap arti
penting materi pelajaran agama akan meningkatkan kecakapan ranah afektif para
siswa. Peningkatan kecakapn ini, antara lain berupa kesadaran beragama yang
mantap.
3. Mengembangkan Kecakapan Psikomotor
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga
akan ebrdampak positif terhadap pengembangan ranah psikomotor. Kecakapan
psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati, baik
kuanttasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya terbuka. Namun, kecakapan
psikomotor tidak terlepas dari kecakapan afektif. Jadi kecakapan psikomotor
siswa merupakan manifestasi wawasan dan kesadaran serta mentalnya
A.Kesimpulan
Perkembangan
dan belajar sangatlah erat hubungannya, karena perkembangan akan menunnjang
suatu proses belajar seseorang. Jika seseorang tidak mampu mengikuti
perkembangan maka ia juga akan sulit dan kurang maksimal dalam belajar.
Perkembangan adalah suatu proses perubahan kearah yang lebih maju dan lebih
dewasa, ada tiga aliran perkembangan yaitu; aliran asosiasi, aliran psikologi
Gestalt, aliran sosiologis. Dan tiga faktor yang mempengaruhinya yaitu;
nativisme, empirisme, konvergensi.
Didalam
perkembangan psikis-siswa terdapat tiga perkembangan yaitu; perkembangan
motor (fisik) siswa, perkembangan kognitif siswa, perkembangan sosial dan moral
siswa. Didalam perkembangan kognitif siswa terdapat tiga tahap, yaitu tahap
sensori motor, tahap praoperasional, tahap kongket-operasional, tahap formal operasional.
B.Saran
Belajar adalah suatu yang sangat penting bagi semua orang. Karena
dengan belajar kita akan mengetahui sesuatu yang belum kita ketahui dan dengan
belajar kita juga akan mengalami perubahan kearah yang lebih maju dan dewasa,
dan didalam belajar kita harus dapat mengikuti setiap perkembangan yang ada
didalamnya. Salah satu cara agar kita dapat lebih mengetahui perkembangan dan
hubungannya dengan belajar adalah dengan senantiasa mempelajari buku-buku atau
sumber-sumber lain yang berkaitan dengan belajar. Semoga makalah yang kami
tulis dapat menambah wawasan kita tentang hubungan perkembangan dengan
belajar.
DAFTAR ISI
Makmun, Abin
Syamsuddin. 2004. Psikologi Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,
cet-11, jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002
Muhibbin Syah,Psikologi Belajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2012
Monks,ddk.1991.psikologi perkembangan.Yogkyakarta:Gajah Mada University Press
0 comments:
Post a Comment