03/17/19 | Literature Bangsa

about

Sunday, March 17, 2019

Makalah PENDEKATAN TEMATIK DAN PROBLEM SOLVING


PENDEKATAN TEMATIK DAN PROBLEM SOLVING

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar

Nama:
Hasbi ( 1606103030017 )
 Nazirah ( 1606103030056)
     Semandin ( 1606103030014)
         Titin Suhara ( 1606103030005)






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2018





KATA PENGANTAR
            Puji syukur kita panjatkan kapada tuhan yang maha esa karena dengan rahmat tuhan dan karunianya serta taufik dan hidayah nya kami telah dapat menyelesaikan tugas sebuah makakah dengan judul “ Pendekatan tematik dan Problem solving “ dengan baik dan tepat waktu meskipun dalam makalah ini masih banyak kekurangan di dalam nya.Dan kami juga berterima kasih kepada ibuk Selaku Dosen yang telah memberikan tugas ini  kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan serta ilmu pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuh nya bahwa di dalam makalah yang saya buat ini masih banyak kesalahan dan kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu Kami berharap ada sebuah kritikan atau saran untuk dapat menjadi lebih sempurna untuk kami dan buat untuk masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat dan di pahami oleh setiap pembacanya.sebelum nya saya meminta maaf apabila terdapat kesalahan yang tidak berkenan dan kami memohon sebuah kritikan apabila terdapat salah tertulis title,nama,dll yang bersangkutan dengan makalah ini.


                                                                  Banda Aceh, 12 Oktober 2018
                                                                 
                                                                  Penulis


DAFTAR ISI
KATA  PENGANTAR   ................................................................................... i                                                                                                
DAFTAR ISI  .................................................................................................... ii       
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang................................................................................... 3
1.2  Rumusan Masalah .............................................................................. 3                                                                                          
1.3  Tujuan Penelitian  .............................................................................. 3       
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Tematik …………………………………………………4
2.2 Pendekatan Problem Solving ………………………………………..9       
BAB III PENUTUP
          3.1  Kesimpulan ....................................................................................... 16     
          3.2  Pesan  ................................................................................................ 16  
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ...17         


BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Dalam suatu pembelajaran sangat diperlukan pendekatan pembelajaran yang mendukung suatu keberhasilan dari proses belajar agar dapat tercapai tujuan pembelajaran yang baik dan mendapat hasil belajar sesuai yang kita inginkan. Kalau dilihat dari kurikulum 2013, maka pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah pendekatan tematik, karena proses pembelajaran harus memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran lain.
Pendekatan tematik merupakan pendekatan yang dibutuhkan saat ini.Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran suatu proses untuk mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan social keluarga.
Salah satu kegiatan pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar mengajar. Winkel (dalam Darsono dkk, 2000) mengungkapkan pengertian belajar sebagai suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
1.1  Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan pendekatan tematik?
2.Apa yang dimaksud dengan pendekatan Problem solving?
3.Apa ciri-ciri pendekatan tematik?
4.Apa saja perangkat pembelajaran Problem solving?
5.Bagaimana implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar?
6.Bagaimanakah bentuk-bentuk pembelajaran problem solving?

1.2  Tujuan

1. Mengetahui maksud pendekatan tematik
2. Mengetahui maksud pendekatan Problem Solving
3. Mengetahui implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar.
4. Mengetahui bentuk-bentuk pembelajaran problem solving
BAB II
PEMBAHASAN


2.1 PENDEKATAN TEMATIK

2.1.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik berasal dari kata integrated teaching and learning atau integrated curriculum approach yang konsepnya telah lama dikemukakan oleh Jhon dewey sebagai usaha mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan perkembangannya ( Beans, 1993 ; udin sa’ud dkk, 2006 ). Jacob (1993) memandang pembelajaran tematik sebagai suatu pendekatan kurikulum interdisipliner (integrated curriculum approach). Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran suatu proses untuk mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan social keluarga.
Definisi lain tentang pendekatan tematik adalah pendekatan holistic, yang mengkombinasikan aspek epistemology, social, psikologi, dan pendekatan pedagogic untuk mendidik anak, yaitu menghubungkan antara otak dan raga, antara pribadi dan pribadi, antara individu dan komunitas, dan antara domain-domain pengetahuan ( Udin Sa’ud dkk, 2006 ) Wolfinger ( 1994:133 ) mengemukakan dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan yang sangat erat, yaitu integrated curriculum (kurikulum tematik) dan intregated learning (pembelajaran tematik). Kurikulum tematik adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan isi, ketrampilan, dan sikap.Perbedaan yang mendasar dari konsepsi kurikulum tematik dan pembelajaran tematik terletak pada perencanaan dan pelaksanaannya. Idealnya, pembelajaran tematikseharusnya bertolak pada kurikulum tematik, tetapi kenyataan menunjukan bahwa banyak kurikulum yangmemisahkan mata pelajaran yang satu dengan lainnya (separated subject curriculum) menuntut pembelajran yang sifatnya tamatik (integrated learning).

2.1.2 Ciri-ciri Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut :
1) berpusat pada siswa, 2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa, 3)  Pemisahan mata  pelajaran tidak begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., 5) Bersifat fleksibel, 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang karakteristik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa
Proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas dan harus mampu memperkaya pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut dituangkan dalam kegiatan belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam di sekitar siswa.
2. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa
Agar pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara langsung dan mengalami sendiri. Atas dasar ini maka guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna.
3.Pemisahan mata  pelajaran tidak begitu jelas
Mengingat  tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling keterkaitan maka  batas mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
4.Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
5.Bersifat fleksibel
Pelaksanaan pembelajaran tematik tidak  terjadwal secara ketat antar mata pelajaran.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut diungkapkan pula dalam www p3gmatyo.go.id/download/SD karakteristik pembelajaran terpadu/tematik sebagai berikut: 1) pembelajaran berpusat pada anak, 2) menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, 3) belajar melalui pengalaman langsung, 4) lebih memperhatikan proses daripada hasil semata, 5) sarat dengan muatan keterkaitan.

2.1.3 Peran dan Pemilihan Tema dalam Pembelajaran Tematik
Tema dalam pembelajaran tematik memiliki peran antara lain:
1.      Siswa lebih mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
2.      Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3.      Pemahaman terhadap  materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
4.      Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi siswa.
5.      Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6.      Siswa lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata.
7.      Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali.
Pemilihan tema dalam pembelajaran tematik dapat berasal dari guru dan siswa. Pada umumnya guru memilih tema dasar dan siswa menentukan unit temanya.  Tema juga dapat dipilih berdasarkan pertimbangan konsensus antar siswa.

2.1.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran tematik
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik, yaitu:
1.      Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan utuh.
2.      Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik  perlu mempertimbangkan alokasi waktu untuk setiap topik, banyak sedikitnya bahan yang tersedia di lingkungan.
3.      Pilihlah tema yang terdekat dengan siswa.
4.      Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai dari pada tema.
E.     Keunggulan dan kekurangan Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan dan juga kelemahan yang diperolehnya. Keuntungan yang dimaksud yaitu:
1.Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa
2.Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
3.Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4.Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keuntungan sebagaimana dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan yang diperolehnya. Kekurangan yang ditimbulkannya yaitu:
1.Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi 
2.Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.

2.1.5 Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar
Pembelajaran tematik di sekolah dasar (SD) merupakan suatu hal yang relatif baru, sehingga dalam  implementasinya belum sebagaimana yang diharapkan. Masih banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran tematik ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat pelatihan secara intensif  tentang pembelajaran tematik ini. Disamping itu juga guru masih sulit meninggalkan  kebiasan kegiatan pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata pelajaran/bidang studi.
Pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar pada saat ini  difokuskan pada kelas-kelas bawah (kelas 1 dan 2) atau kelas yang anak-anaknya masih tergolong pada anak usia dini, walaupun sebenarnya pendekatan pembelajaran tematik ini bisa dilakukan di semua kelas sekolah dasar.
Pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti penyusunan perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi. tahap-tahap ini secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Perencanaan
Mengingat perencanaan sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran tematik, maka perencanaan yang dibuat dalam rangka pelaksanaan pembelajaran tematik harus sebaik mungkin Oleh karena itu ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam merancang pembelajan tematik ini yaitu: 1) Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran, 2) Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi  untuk setiap kelas dan semester, 3) Buatlah ”matriks hubungan kompetensi dasar dengan tema”, 4) Buatlah pemetaan pembelajaran tematik. Pemetaan ini dapat dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jareingan topik, 5) Susunlah silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan matriks/jaringan topik pembelajaran tematik

2.      Penerapan pembelajaran tematik
Pada tahap ini intinya guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pembelajaran tematik ini akan dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan baik perlu didukung laboratorium yang memadai. Laboratorium yang memadai  tentunya berisi berbagai sumber belajar yang dibutuhkan bagi pembelajaran di sekolah dasar. Dengan tersedianya laboratorium yang memadai tersebut maka guru ketika menyelenggarakan pembelajaran tematik akan dengan mudah memanfaatkan sumber belajar yang ada di laboratorium tersebut, baik dengan cara membawa sumber belajar ke dalam kelas maupun mengajak siswa ke ruang laboratorium yang  terpisah dari ruang kelasnya.

3.   Evaluasi Pembelajaran Tematik
 Evaluasi pembelajaran tematik difokuskan pada evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat dan semangat siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan pada tingkat pemahaman dan penyikapan siswa terhadap substansi materi dan manfaatnya bagi kehidupan siswa sehari-hari. Disamping itu evaluasi juga dapat berupa kumpulan karya siswa selama kegiatan pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam suatu paparan/pameran karya siswa.
            Instrumen yang dapat digunakan untuk mengungkap pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dapat digunakan tes hasil belajar. dan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa melakukan suatu tugas dapat berupa tes perbuatan atau keterampilan dan untuk mengungkap sikap siswa terhadap materi pelajaran dapat berupa wawancara, atau dialog secara informal.
Disamping itu instrumen yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik dapat berupa: kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok, dan tugas individu atau kelompok, dan lembar observasi.

2.1 6 Model-Model Pembelajaran Tematik
Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan belajar bagi siswa. Pengalaman belajar yang menunjukan keterkaitan unsur – unsur konseptual menjadikan pembelajaran lebih efektif. Perolehan keutuhan belajar,  pengetahuan, dan kebulatan pandangan tentang kehidupan nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran tematik (terpadu) (William dalam Udin Sa’ud, 2006). 
memadukan konsep, keterampilan, topik dan unit tematisnya, Forgaty(1991) mengemukakan bahwa ada sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran tematik :
1. Model penggalan ( fragmented ) memisah-misahkan disiplin ilmu atas mata pelajaran-mata pelajaran, seperti matematika, bahasa Indonesia, IPA, dan sebagainya.
2. Model keterhubungan (Connected) dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelaaajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu.
3. Model sarang (Nested) merupakan pemaduan bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran.
4. Model urutan / rangkaian (Sequenced) merupakan model pemaduan topic-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara pararel.
5. Model bagian (Shared) merupakan pemaduan pembelajaran akibat adanya”overlapping”konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih.
6. Model jarring laba-laba (Webbed) model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran.
7. Model galur (Thereaded) merupakan model pemaduan bentuk ketrampilan.
8. Model ketematikan (Integrated) merupakan pemaduan sejumlah topic dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinyasama dalam sebuah topic tertentu.
9. Model celupan (Immerrsed) model ini dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan pemakaiannya.
10. Model jaringan (Networked) merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandalkan kemungkinan, pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk ketrampilan baru setelah siswa mengadakanstudy lapangandalam situasi, kondisi maupun konteks yang berbeda-beda.

2.1 PENDEKATAN PROBLEM SOLVING

2.2.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Problem solving
Yakni istilah “problem” terkait erat dengan suatu pendekatan pembelajaran yaitu problem solving ( pemecahan masalah) yang digunakan intuk pendekatan dalam proses pembelajaran . Dan menurut Hunsaker Pemecahan masalah ( problem solving ) didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidak sesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan.
Sementara menurut Mu’Qodin mengatakan bahwa problem solving adalah merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan Berdasarkan dari beberapa definisi problem solving yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa problem solving merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi dan mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran. Terkait dengan pengertian problem solving tadi bila dikaitkan dengan pembelajaran maka mempunyai pengertian sebagai proses pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, dimana  problem yang harus diselesaikan tersebut bisa dibuat-buat sendiri oleh pendidik dan ada kalanya fakta nyata yang ada dilingkungan kemudian dipecahkan dalam pembelajaran dikelas, Dengan berbagai cara dan teknik.

2.2.2 Perangkat Pembelajaran Problem Solving   
Untuk menerapkan pembelajaran problem solving diperlukan beberapa perangkat terutama
 Software,  yang mengaitkan metode, Setiap pembelajaan seorang guru tidak dilepaskan dari peranan metode, akan tetapi tak semua metode yang guru pakai dapat menghasilkan output yang baik, Dan guru mengajar dengan metode dapat menemukan dan  membimbing anak ke arah pemecahan masalah  tapi tak semua metode bisa digunakan sebagi proses problem solving paling tidak metode tersebut  mempunyai nilai-nilai Sebagai berikut:
§  Keaktifan terhadap peserta didik
karena  keaktifan siswa dalam pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengexplorasi pengetahuannya untuk memecahkan masalah serta membangun konsep-konsep yang akan dipelajarinya. Keseluruhan pengalaman belajar ini akan memberikan ketrampilan kepada siswa bagaimana sesungguhnya belajar yang dapat menjadi bekal untuk menjadi pembelajar seumur hidup. Dan memecahkan masalah dalam proses pembelajaran.
§  Kreativitas
Dengan kekreatisan seorang siswa baik individual maupun kelompok dituntut untuk menghasilkan penemuan-penemuan sebagai manifestasi dari pemecahan masalah, orang-orang yang kreatif masih saja belum banyak jumlahnya Konon hal inilah yang menyebabkan bangsa Indonesia tidak banyak menghasilkan paten atau temuan. Mandulnya bangsa Indonesia dalam menghasilkan temuan-temuan baru tentu saja menjadi kendala untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain didunia. Oleh karenanya penting bagi siswa untuk semenjak dini menghasilkan kreasi-kreasi atau belajar mengkreasi sesuatu. Kelak ketika mereka dewasa kreativitas ini diharapkan dapat menjadi terobosan dalam memecahkan berbagai masalah kehidupan diantaranya adalah menciptakan pekerjaan untuk dirinya sendiri. Konon banyaknya sarjana yang menjadi antrean pencari kerja disebabkan karena semenjak kecil mereka tidak terbiasa menciptakan sesuatu. Kebiasaan belajar dengan menghapalkan dan meniru tidak banyak bermanfaat dalam kehidupan.
Berkreativitasnya  siswa dapat menghantarkan daya pikir kritis dalam memecahkan masalah dan tentunya setiap metode harus didukung oleh fasilitas tertentu yang dapat mengarah kepada tercapainya tujuan.
Diantara  yang paling bermasalah ialah Metode ceramah meruapakan metode klasik yang hanya menggunakan lisan dalam menyampaikan materi, yang dampaknya murid menjadi pasif, tidak gairah dan daya pikir siswa statis. Maka dari itu metode ceramah sangat tidak relevan untuk digunanakan dalam pembelajaran problem soving, memang setiap metode pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari metode ceramah akan tetapi metode  ceramah hanya sebagai fasilitas daya dukung aja dari pada metode yang diterapkan guru dalam pembelajaran.
 Hardware
Untuk perangkat yang kedua ialah hardware yang terkait  dengan teknik pembelajaran, sebelum kita memahami hardware pembelajaran kita harus paham dengan pengertian teknik pembelajaran, teknik pembelajaran ialah jalan, alat, atau media yang diguanakan oleh guru dalam rangka mendidik muridnya guna mencapai tujuan pembelajaran ( Garlach dan Ely, 1980 )
Aplikasi atau penerapan teknologi pendidikan dalam upaya pemecahan masalah pendidikan dan pembelajaran mempersyaratkan minimal tersedianya hal-hal berikut: a) dukungan teknologi atau infrastruktur, b) penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan content, c) kesiapan Siswa pengguna atau user. Sementara itu pemecahan masalah belajar secara empirik dapat dilakukan dengan berbagai cara, strategi, dan prosedur (Purwanto, 2005:17­18).
Aplikasi atau penerapan teknologi pendidikan dalam upaya pemecahan masalah pendidikan dan pembelajaran dengan cara: 1) memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang ekonomi, manajemen, psikologi, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem; 2) memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak, dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan di antaranya; 3) menggunakan teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu memecahkan masalah belajar; 4) timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana penggabungan pendekatan dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlahan. Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih daripada memecahkan masalah secara terpisah (Miarso, 2007:78).
Penerapan Teknologi Pendidikan  Dapat diterapkan dalam Pembelajaran Computer Assisted Learning (CAL).
Teknik ini digunakan untuk kegiatan belajar yang berstruktur, dimana computer    Diprogramkan untuk permasalahan-permasalahan (sistem Pakar). Siswa diminta untuk  Meme cahkan masalah tersebut atau mencari jawaban dengan mempergunakan  komputer dan seketika itu juga jawaban siswa diproses secara elektronik. Dalam  beberapa detik siswa sudah mendapat jawaban atau umpan balik jawaban tersebut. CAL  memberikan siswa untuk maju sesuai dengan kecepatan masing-masing mereka.Metode ini dapat dipergunakan pada setiap tingkat pengetahuan dari yang sederhana sampai pada yang paling kom pleks.

2.2.3 pendekatan pemecahan masalah-masalah ( problem solving approach )

1.ProbleIdentification
Ketika kita menemukan sebuah masalah. Baik itu masalah teknis atau kehidupan sehari-hari karena pada umunya semua masalah memiliki kronologis jalan keluar yang hamper sama. Sebagai contohnya karena saya akan menghadapi UTS tanggal 28 besok dan belum benar-benar siap, serta diperparah sekarang bulan puasa maka ini bisa dijadikan contoh masalah.
2.Synthesis
Sebuah gagasan awal secara keseluruhan untuk memecahkan masalah. Langkah selanjutnya masalah di atas adalah saya harus berusaha lebih keras untuk mengejar ketertinggalan dan tidak menganut sistem belajar kebut semalam.
3.Analysis
Kalau di buku Holtzapple Reece dijelaskan bahwa pada langkah ini kuncinya adalah mengubah masalah fisika menjadi model matematikanya. Karena saya sudah terlanjur memberi contoh masalah kehidupan nyata maka jika ditinjau dari langkah ini maka saya harus menentukan langkah riil step by step, misalnya belajar terorganisasi atau berurutan dan berkelanjutan.
4.Application
Langkah application di sini kita melaksanakan semua gagasan dan langkah-langkah yang kitarencanakansebelumnya.
5.Comprehension
Di langkah ini kita menggunakan teori yang sudah ada. Untuk kasus yang telah saya contohkan teori yang ada adalah mitos kalau belajar sebelum tidur itu baik dan jauh lebih baik belajar pada saat shubuh atau fajar. Di jelaskan dalam buku Misteri Shalat Shubuh bahwa banyak keajaiban atau mukjizat yang terjadi kala fajar.
2.2.4 Ciri-ciri Problem Solving
Problem Solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama dari problem solving, yaitu :

a.     Problem solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Problem solving tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui problem solving siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.

b.         Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem solving menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.

c.      Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses  berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu. Sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

2.2.5 Langkah-Langkah Problem Solving
Problem solving menggunakan pendekatan yang terdiri dari tiga langkah, dengan demikian konsep problem solving ini bukan teori belaka, tetapi telah terbukti keberhasilannya.Adapun tiga langkah problem solving adalah :
     a.   Mengidentifikasi masalah secara tepat.
Secara konseptual suatu masalah (M) didefinisikan sebagai kesenjangan antara kinerja   aktual dan target kinerja (T) yang diharapkan, sehingga secara simbolik dapat dituliskan M=T – A. Berdasarkan konsep seorang problem solver yang professional harus terlebih dahulu manpu mengetahui berapa atau pada tingkat mana kinerja aktual saat ini, dan berapa atau tingkat mana kinerja serta kita harus mampu mendefinisikan secara tegas apa masalah utama kita kemudian menetapkan pada tingkat mana kinerja aktual kita sekarang dan kapan waktu pencapain target kinerja itu.
     b.   Menentukan sumber dan akar penyebab dari masalah.
Suatu solusi masalah yang efektif, apabila kita berhasil menemukan sumber-sumber dan akar-akar dari masalah itu, kemudian mengambil tindakan untuk menghilangkan masalah-masalah tersebut.
     c.    Solusi masalah secara efektif dan efisien.
Adapun langkah-langkah menurut konsep Dewey yang merupakan berpikir itu menjadi dasar untuk problem solving  adalah sebagai berikut:
     1)   Adanya kesulitan yang dirasakan atau kesadaran akan adanya masalah.
     2)   Masalah itu diperjelas dan dibatasi.
     3)   Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan atau diklasifikasikan.
    4.  Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesa-hipotesa kemudian hipotesa-hipotesa dinilai, diuji agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.
     5.  Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai kepada kesimpulan.
Metode problem solving ini menekankan pada penemuan dan pemecahan masalah secara berkelanjutan. “kelebihan metode ini mendorong siswa untuk berpikir secara ilmiah, praktis, intuitif dan bekerja atas dasar inisiatif sendiri, menumbuhkan sikap objektif, jujur dan terbuka. Sedangkan kelemahannya memerlukan waktu yang cukup lama, tidak semua materi pelajaran mengandung masalah memerlukan perencanaan yang teratur dan matang, dan tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.
Bagi anak berkesulitan belajar dan bahkan juga bagi anak yang tidak berkesulitanbelajar, menyelesaikan soal bukan pekerjaan yang mudah.Oleh karena itu, pendekatan pemecahan masalah dengan memanfaatkan alat peragadengan langkah-langkah yang telah dikemukakan tampaknya lebih baik untuk digunakan baik bagi anak berkesulitanbelajarmaupun yang tidak berkesulitan belajar.

2.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran  Problem Solving.
Salah satu tujuan pembelajaran ialah untuk menciptakan prodak siswa yang tidak hanya memiliki keahlian koqnitif  dan afektif saja melainkan seorang siswa juga dituntut untuk cakap dalam mengembangkan psikomotorik, tujuan tersebut tidak dari proses untuk memecahkan masalah, dan didalam memecahkan masalah tersebut haruslah menghadirkan metode. Dan metode yang tepat ialah metode problem solving, salah satu metode metode yang menekankan untuk berpikir krisis dan kreatif guna mencapai tujuan, tapi metode tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan Pembelajaran Problem Solving
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

Kelemahan pembelajaran  problem solving
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan Pembelajaran  ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain
3. Pengembangan program membutuhkan biaya tinggi dan waktu yang lama.
4. Pengadaan dan pemeliharaan alat mahal .











BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang menunjukan kaitan unsure-unsur konseptual baik didalam maupun antar mata pelajaran, untuk memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi anak.
Pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru merupakan seperangkat wawasan dan aktifitas berpikir dalam merancang butur-butir pembelajaran yang ditujukan untuk menguntai tema, topic maupun pemahaman dan ketrampilan yang diperoleh siswa sebagai pembelajaran secara utuh dan padu. Atau dengan pengertian lain pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan, merakit atau menghubungkan sejumlah konsep dari berbagai mata pelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan siswa secara stimulan

problem solving merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi dan mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran. Terkait dengan pengertian problem solving tadi bila dikaitkan dengan pembelajaran maka mempunyai pengertian sebagai proses pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, dimana  problem yang harus diselesaikan tersebut bisa dibuat-buat sendiri oleh pendidik dan ada kalanya fakta nyata yang ada dilingkungan kemudian dipecahkan dalam pembelajaran dikelas, Dengan berbagai cara dan teknik.
.
3.2 Saran
Untuk meningkatkan mutu dan proses pembelajaran sesuai yang di canangkan pemerintah, maka diharapkan kepada semua pihak yang terkait dalam lembaga pendidikan, agar dapat menerapkan pendekatan tematik di sekolah yang di ajarnya. Agar pendekatan tematik terlaksana sesuai dengan yang diharapkan, maka diminta kepada guru untuk mempelajari dengan baik mengenai pendekatan tematik secara mendalam.


DAFTAR PUSTAKA

 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Efektif dan Efisien, Jakarta, Bumi Aksara, 2008.
Harun Nasution, Teknologi pendidikan, , Jakarta, Bumi Aksara,2010.
Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta, Pustekkom-Diknas, 2007.
R. Ibrahim & Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta, 1996.
Purwanto, et.al.. Jejak Langkah Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia. Pustekkom Diknas, Jakarta, 2005.
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, Surabaya, Penerbit Insan Cendikia, 2002.


 

Translate

Wikipedia

Search results