PENDEKATAN
TEMATIK DAN PROBLEM SOLVING
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
Nama:
Hasbi ( 1606103030017 )
Nazirah ( 1606103030056)
Hasbi ( 1606103030017 )
Nazirah ( 1606103030056)
Semandin ( 1606103030014)
Titin Suhara ( 1606103030005)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kapada tuhan yang maha esa
karena dengan rahmat tuhan dan karunianya serta taufik dan hidayah nya kami
telah dapat menyelesaikan tugas sebuah makakah dengan judul “ Pendekatan tematik dan Problem solving “ dengan
baik dan tepat waktu meskipun dalam makalah ini masih banyak kekurangan di
dalam nya.Dan kami juga berterima kasih kepada ibuk Selaku Dosen yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini
dapat bermanfaat untuk menambah wawasan serta ilmu pengetahuan.Kami juga
menyadari sepenuh nya bahwa di dalam makalah yang saya buat ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu Kami
berharap ada sebuah kritikan atau saran untuk dapat menjadi lebih sempurna
untuk kami dan buat untuk masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat
bermanfaat dan di pahami oleh setiap pembacanya.sebelum nya saya meminta maaf
apabila terdapat kesalahan yang tidak berkenan dan kami memohon sebuah kritikan
apabila terdapat salah tertulis title,nama,dll yang bersangkutan dengan makalah
ini.
Banda
Aceh, 12 Oktober 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang................................................................................... 3
1.2
Rumusan
Masalah .............................................................................. 3
1.3
Tujuan
Penelitian .............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Tematik …………………………………………………4
2.2 Pendekatan Problem Solving ………………………………………..9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 16
3.2 Pesan ................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ...17
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam suatu pembelajaran sangat diperlukan
pendekatan pembelajaran yang mendukung suatu keberhasilan dari proses belajar
agar dapat tercapai tujuan pembelajaran yang baik dan mendapat hasil belajar
sesuai yang kita inginkan. Kalau dilihat dari kurikulum 2013, maka pendekatan
pembelajaran yang sesuai adalah pendekatan tematik, karena proses pembelajaran
harus memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran lain.
Pendekatan tematik merupakan pendekatan yang
dibutuhkan saat ini.Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran suatu proses untuk mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam
suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan
anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan social keluarga.
Salah
satu kegiatan pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar mengajar.
Winkel (dalam Darsono dkk, 2000) mengungkapkan pengertian belajar sebagai suatu
aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pemahaman, ketrampilan dan nilai
sikap.
1.1 Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan pendekatan
tematik?
2.Apa yang dimaksud dengan pendekatan Problem
solving?
3.Apa ciri-ciri pendekatan tematik?
4.Apa saja perangkat pembelajaran Problem solving?
5.Bagaimana implementasi pembelajaran tematik
di sekolah dasar?
6.Bagaimanakah bentuk-bentuk pembelajaran problem solving?
1.2 Tujuan
1. Mengetahui maksud pendekatan tematik
2. Mengetahui maksud pendekatan Problem
Solving
3. Mengetahui implementasi pembelajaran
tematik di sekolah dasar.
4.
Mengetahui bentuk-bentuk pembelajaran problem solving
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENDEKATAN TEMATIK
2.1.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik berasal dari kata integrated teaching and learning
atau integrated curriculum approach yang konsepnya telah lama dikemukakan oleh
Jhon dewey sebagai usaha mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa
dan kemampuan perkembangannya ( Beans, 1993 ; udin sa’ud dkk, 2006 ). Jacob
(1993) memandang pembelajaran tematik sebagai suatu pendekatan kurikulum
interdisipliner (integrated curriculum approach). Pembelajaran tematik
merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran suatu proses untuk mengaitkan dan
memadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran
dengan semua aspek perkembangan anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan
social keluarga.
Definisi lain tentang pendekatan tematik adalah pendekatan holistic,
yang mengkombinasikan aspek epistemology, social, psikologi, dan pendekatan
pedagogic untuk mendidik anak, yaitu menghubungkan antara otak dan raga, antara
pribadi dan pribadi, antara individu dan komunitas, dan antara domain-domain
pengetahuan ( Udin Sa’ud dkk, 2006 ) Wolfinger ( 1994:133 ) mengemukakan
dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan yang sangat erat, yaitu
integrated curriculum (kurikulum tematik) dan intregated learning (pembelajaran
tematik). Kurikulum tematik adalah kurikulum yang menggabungkan sejumlah
disiplin ilmu melalui pemaduan isi, ketrampilan, dan sikap.Perbedaan yang
mendasar dari konsepsi kurikulum tematik dan pembelajaran tematik terletak pada
perencanaan dan pelaksanaannya. Idealnya, pembelajaran tematikseharusnya
bertolak pada kurikulum tematik, tetapi kenyataan menunjukan bahwa banyak
kurikulum yangmemisahkan mata pelajaran yang satu dengan lainnya (separated
subject curriculum) menuntut pembelajran yang sifatnya tamatik (integrated
learning).
2.1.2 Ciri-ciri Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut :
1) berpusat pada siswa, 2) Memberikan
pengalaman langsung kepada siswa, 3) Pemisahan
mata pelajaran tidak begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari
berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., 5) Bersifat
fleksibel, 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan
kebutuhan siswa. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang karakteristik
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
Proses
pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas dan
harus mampu memperkaya pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut
dituangkan dalam kegiatan belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam
di sekitar siswa.
2. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa
Agar
pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara langsung dan
mengalami sendiri. Atas dasar ini maka guru perlu menciptakan kondisi yang
kondusif dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna.
3.Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Mengingat tema
dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling keterkaitan
maka batas mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
4.Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran.
5.Bersifat fleksibel
Pelaksanaan
pembelajaran tematik tidak terjadwal secara ketat antar mata
pelajaran.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan
kebutuhan siswa.
Sehubungan
dengan hal tersebut diungkapkan pula dalam www
p3gmatyo.go.id/download/SD karakteristik pembelajaran terpadu/tematik sebagai
berikut: 1) pembelajaran berpusat pada anak, 2) menekankan pembentukan
pemahaman dan kebermaknaan, 3) belajar melalui pengalaman langsung, 4) lebih
memperhatikan proses daripada hasil semata, 5) sarat dengan muatan keterkaitan.
2.1.3
Peran dan Pemilihan Tema dalam Pembelajaran Tematik
Tema dalam pembelajaran tematik memiliki peran antara lain:
1. Siswa
lebih mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
2. Siswa
dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata
pelajaran dalam tema yang sama.
3. Pemahaman
terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
4. Kompetensi
berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain
dan pengalaman pribadi siswa.
5. Siswa
lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks
tema yang jelas.
6. Siswa
lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang
nyata.
7. Guru
dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat
dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali.
Pemilihan
tema dalam pembelajaran tematik dapat berasal dari guru dan siswa. Pada umumnya
guru memilih tema dasar dan siswa menentukan unit temanya. Tema juga
dapat dipilih berdasarkan pertimbangan konsensus antar siswa.
2.1.4
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran tematik
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik,
yaitu:
1. Pembelajaran
tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan
utuh.
2. Dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan alokasi
waktu untuk setiap topik, banyak sedikitnya bahan yang tersedia di lingkungan.
3. Pilihlah
tema yang terdekat dengan siswa.
4. Lebih
mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai dari pada tema.
E. Keunggulan
dan kekurangan Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan
pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan dan juga kelemahan yang
diperolehnya. Keuntungan yang dimaksud yaitu:
1.Menyenangkan
karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa
2.Pengalaman
dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
3.Hasil
belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4.Menumbuhkan
keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap
terhadap gagasan orang lain.
Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keuntungan sebagaimana
dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan yang diperolehnya. Kekurangan
yang ditimbulkannya yaitu:
1.Guru
dituntut memiliki keterampilan yang tinggi
2.Tidak
setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada
dalam mata pelajaran secara tepat.
2.1.5
Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar
Pembelajaran tematik di sekolah dasar (SD) merupakan suatu hal yang
relatif baru, sehingga dalam implementasinya belum sebagaimana
yang diharapkan. Masih banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan
pembelajaran tematik ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru belum
mendapat pelatihan secara intensif tentang pembelajaran tematik ini.
Disamping itu juga guru masih sulit meninggalkan kebiasan kegiatan
pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata pelajaran/bidang studi.
Pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar pada saat
ini difokuskan pada kelas-kelas bawah (kelas 1 dan 2) atau kelas
yang anak-anaknya masih tergolong pada anak usia dini, walaupun sebenarnya
pendekatan pembelajaran tematik ini bisa dilakukan di semua kelas sekolah dasar.
Pembelajaran
tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti penyusunan
perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi. tahap-tahap ini secara singkat
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Mengingat perencanaan sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran
tematik, maka perencanaan yang dibuat dalam rangka pelaksanaan pembelajaran
tematik harus sebaik mungkin Oleh karena itu ada beberapa langkah yang perlu
dilakukan dalam merancang pembelajan tematik ini yaitu: 1) Pelajari kompetensi
dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran, 2) Pilihlah
tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi untuk setiap
kelas dan semester, 3) Buatlah ”matriks hubungan kompetensi dasar dengan tema”,
4) Buatlah pemetaan pembelajaran tematik. Pemetaan ini dapat dapat dibuat dalam
bentuk matriks atau jareingan topik, 5) Susunlah silabus dan rencana
pembelajaran berdasarkan matriks/jaringan topik pembelajaran tematik
2. Penerapan
pembelajaran tematik
Pada tahap ini intinya guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah
disusun sebelumnya. Pembelajaran tematik ini akan dapat diterapkan dan
dilaksanakan dengan baik perlu didukung laboratorium yang memadai. Laboratorium
yang memadai tentunya berisi berbagai sumber belajar yang dibutuhkan
bagi pembelajaran di sekolah dasar. Dengan tersedianya laboratorium yang
memadai tersebut maka guru ketika menyelenggarakan pembelajaran tematik akan
dengan mudah memanfaatkan sumber belajar yang ada di laboratorium tersebut,
baik dengan cara membawa sumber belajar ke dalam kelas maupun mengajak siswa ke
ruang laboratorium yang terpisah dari ruang kelasnya.
3. Evaluasi
Pembelajaran Tematik
Evaluasi pembelajaran tematik difokuskan pada evaluasi proses dan
hasil. Evaluasi proses diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat dan semangat
siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan pada
tingkat pemahaman dan penyikapan siswa terhadap substansi materi dan manfaatnya
bagi kehidupan siswa sehari-hari. Disamping itu evaluasi juga dapat berupa
kumpulan karya siswa selama kegiatan pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam
suatu paparan/pameran karya siswa.
Instrumen yang dapat digunakan untuk
mengungkap pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dapat digunakan tes hasil
belajar. dan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa melakukan suatu tugas
dapat berupa tes perbuatan atau keterampilan dan untuk mengungkap sikap siswa
terhadap materi pelajaran dapat berupa wawancara, atau dialog secara informal.
Disamping
itu instrumen yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik dapat berupa: kuis,
pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok, dan tugas individu atau
kelompok, dan lembar observasi.
2.1 6
Model-Model Pembelajaran Tematik
Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat
berpengaruh terhadap kebermaknaan belajar bagi siswa. Pengalaman belajar yang
menunjukan keterkaitan unsur – unsur konseptual menjadikan
pembelajaran lebih efektif. Perolehan keutuhan
belajar, pengetahuan, dan kebulatan pandangan tentang kehidupan
nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran tematik (terpadu)
(William dalam Udin Sa’ud, 2006).
memadukan
konsep, keterampilan, topik dan unit tematisnya, Forgaty(1991)
mengemukakan bahwa ada sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran
tematik :
1. Model
penggalan ( fragmented ) memisah-misahkan disiplin ilmu atas mata
pelajaran-mata pelajaran, seperti matematika, bahasa Indonesia, IPA, dan
sebagainya.
2. Model
keterhubungan (Connected) dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir
pembelaaajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu.
3. Model
sarang (Nested) merupakan pemaduan bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui
sebuah kegiatan pembelajaran.
4. Model
urutan / rangkaian (Sequenced) merupakan model pemaduan topic-topik antar mata
pelajaran yang berbeda secara pararel.
5. Model
bagian (Shared) merupakan pemaduan pembelajaran akibat
adanya”overlapping”konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih.
6. Model
jarring laba-laba (Webbed) model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai
pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran.
7. Model
galur (Thereaded) merupakan model pemaduan bentuk ketrampilan.
8. Model
ketematikan (Integrated) merupakan pemaduan sejumlah topic dari mata pelajaran
yang berbeda, tetapi esensinyasama dalam sebuah topic tertentu.
9. Model
celupan (Immerrsed) model ini dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring
dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan
pemakaiannya.
10. Model
jaringan (Networked) merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandalkan
kemungkinan, pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan
bentuk ketrampilan baru setelah siswa mengadakanstudy lapangandalam situasi,
kondisi maupun konteks yang berbeda-beda.
2.1 PENDEKATAN PROBLEM SOLVING
2.2.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Problem solving
Yakni
istilah “problem” terkait erat dengan suatu pendekatan pembelajaran yaitu
problem solving ( pemecahan masalah) yang digunakan intuk pendekatan dalam
proses pembelajaran . Dan menurut Hunsaker Pemecahan masalah ( problem solving ) didefinisikan sebagai suatu
proses penghilangan perbedaan atau ketidak sesuaian yang terjadi antara hasil
yang diperoleh dan hasil yang diinginkan.
Sementara
menurut Mu’Qodin mengatakan bahwa problem solving adalah
merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi,
menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan
alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan
Berdasarkan dari beberapa definisi problem solving yang
dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa problem solving merupakan suatu keterampilan yang
meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi dan
mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga
dapat mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran. Terkait dengan
pengertian problem solving tadi bila dikaitkan dengan pembelajaran maka
mempunyai pengertian sebagai proses pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa
untuk menyelesaikan masalah, dimana problem yang harus diselesaikan
tersebut bisa dibuat-buat sendiri oleh pendidik dan ada kalanya fakta nyata
yang ada dilingkungan kemudian dipecahkan dalam pembelajaran dikelas, Dengan
berbagai cara dan teknik.
2.2.2
Perangkat Pembelajaran Problem Solving
Untuk
menerapkan pembelajaran problem solving diperlukan beberapa perangkat terutama
Software, yang mengaitkan
metode, Setiap pembelajaan seorang guru tidak dilepaskan dari peranan metode,
akan tetapi tak semua metode yang guru pakai dapat menghasilkan output yang
baik, Dan guru mengajar dengan metode dapat menemukan dan membimbing anak
ke arah pemecahan masalah tapi tak semua metode bisa digunakan sebagi
proses problem solving paling tidak metode tersebut
mempunyai nilai-nilai Sebagai berikut:
§ Keaktifan
terhadap peserta didik
karena
keaktifan siswa dalam pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengexplorasi pengetahuannya untuk memecahkan masalah serta membangun
konsep-konsep yang akan dipelajarinya. Keseluruhan pengalaman belajar ini akan
memberikan ketrampilan kepada siswa bagaimana sesungguhnya belajar yang dapat
menjadi bekal untuk menjadi pembelajar seumur hidup. Dan memecahkan masalah
dalam proses pembelajaran.
§ Kreativitas
Dengan
kekreatisan seorang siswa baik individual maupun kelompok dituntut untuk
menghasilkan penemuan-penemuan sebagai manifestasi dari pemecahan masalah,
orang-orang yang kreatif masih saja belum banyak jumlahnya Konon hal inilah
yang menyebabkan bangsa Indonesia tidak banyak menghasilkan paten atau temuan.
Mandulnya bangsa Indonesia dalam menghasilkan temuan-temuan baru tentu saja
menjadi kendala untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain didunia.
Oleh karenanya penting bagi siswa untuk semenjak dini menghasilkan
kreasi-kreasi atau belajar mengkreasi sesuatu. Kelak ketika mereka dewasa
kreativitas ini diharapkan dapat menjadi terobosan dalam memecahkan berbagai
masalah kehidupan diantaranya adalah menciptakan pekerjaan untuk dirinya
sendiri. Konon banyaknya sarjana yang menjadi antrean pencari kerja disebabkan
karena semenjak kecil mereka tidak terbiasa menciptakan sesuatu. Kebiasaan
belajar dengan menghapalkan dan meniru tidak banyak bermanfaat dalam kehidupan.
Berkreativitasnya
siswa dapat menghantarkan daya pikir kritis dalam memecahkan masalah dan
tentunya setiap metode harus didukung oleh fasilitas tertentu yang dapat
mengarah kepada tercapainya tujuan.
Diantara
yang paling bermasalah ialah Metode ceramah meruapakan metode klasik yang hanya
menggunakan lisan dalam menyampaikan materi, yang dampaknya murid menjadi
pasif, tidak gairah dan daya pikir siswa statis. Maka dari itu metode ceramah
sangat tidak relevan untuk digunanakan dalam pembelajaran problem soving, memang setiap metode pembelajaran tidak
bisa dilepaskan dari metode ceramah akan tetapi metode ceramah hanya
sebagai fasilitas daya dukung aja dari pada metode yang diterapkan guru dalam
pembelajaran.
Hardware
Untuk
perangkat yang kedua ialah hardware yang terkait dengan teknik
pembelajaran, sebelum kita memahami hardware pembelajaran kita harus paham
dengan pengertian teknik pembelajaran, teknik pembelajaran ialah jalan, alat,
atau media yang diguanakan oleh guru dalam rangka mendidik muridnya guna
mencapai tujuan pembelajaran ( Garlach dan Ely, 1980 )
Aplikasi
atau penerapan teknologi pendidikan dalam upaya pemecahan masalah pendidikan
dan pembelajaran mempersyaratkan minimal tersedianya hal-hal berikut: a)
dukungan teknologi atau infrastruktur, b) penguasaan pengetahuan dan
keterampilan dalam mengembangkan content, c) kesiapan Siswa pengguna atau user.
Sementara itu pemecahan masalah belajar secara empirik dapat dilakukan dengan
berbagai cara, strategi, dan prosedur (Purwanto, 2005:1718).
Aplikasi
atau penerapan teknologi pendidikan dalam upaya pemecahan masalah pendidikan
dan pembelajaran dengan cara: 1) memadukan berbagai macam pendekatan dari
bidang ekonomi, manajemen, psikologi, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem;
2) memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak,
dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan di antaranya;
3) menggunakan teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu memecahkan
masalah belajar; 4) timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana
penggabungan pendekatan dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar
penjumlahan. Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan
mempunyai nilai lebih daripada memecahkan masalah secara terpisah (Miarso,
2007:78).
Penerapan
Teknologi Pendidikan Dapat diterapkan dalam Pembelajaran Computer
Assisted Learning (CAL).
Teknik ini digunakan untuk
kegiatan belajar yang berstruktur, dimana computer
Diprogramkan untuk permasalahan-permasalahan (sistem Pakar). Siswa diminta
untuk Meme cahkan masalah tersebut atau mencari jawaban dengan
mempergunakan komputer dan seketika itu juga jawaban siswa diproses
secara elektronik. Dalam beberapa detik siswa sudah mendapat jawaban atau
umpan balik jawaban tersebut. CAL memberikan siswa untuk maju sesuai
dengan kecepatan masing-masing mereka.Metode ini dapat dipergunakan pada setiap
tingkat pengetahuan dari yang sederhana sampai pada yang paling kom pleks.
2.2.3 pendekatan pemecahan masalah-masalah ( problem solving approach )
1.ProbleIdentification
Ketika kita menemukan sebuah masalah. Baik itu masalah teknis atau kehidupan sehari-hari karena pada umunya semua masalah memiliki kronologis jalan keluar yang hamper sama. Sebagai contohnya karena saya akan menghadapi UTS tanggal 28 besok dan belum benar-benar siap, serta diperparah sekarang bulan puasa maka ini bisa dijadikan contoh masalah.
Ketika kita menemukan sebuah masalah. Baik itu masalah teknis atau kehidupan sehari-hari karena pada umunya semua masalah memiliki kronologis jalan keluar yang hamper sama. Sebagai contohnya karena saya akan menghadapi UTS tanggal 28 besok dan belum benar-benar siap, serta diperparah sekarang bulan puasa maka ini bisa dijadikan contoh masalah.
2.Synthesis
Sebuah gagasan awal secara keseluruhan untuk memecahkan masalah. Langkah selanjutnya masalah di atas adalah saya harus berusaha lebih keras untuk mengejar ketertinggalan dan tidak menganut sistem belajar kebut semalam.
Sebuah gagasan awal secara keseluruhan untuk memecahkan masalah. Langkah selanjutnya masalah di atas adalah saya harus berusaha lebih keras untuk mengejar ketertinggalan dan tidak menganut sistem belajar kebut semalam.
3.Analysis
Kalau di buku Holtzapple Reece dijelaskan bahwa pada langkah ini kuncinya adalah mengubah masalah fisika menjadi model matematikanya. Karena saya sudah terlanjur memberi contoh masalah kehidupan nyata maka jika ditinjau dari langkah ini maka saya harus menentukan langkah riil step by step, misalnya belajar terorganisasi atau berurutan dan berkelanjutan.
Kalau di buku Holtzapple Reece dijelaskan bahwa pada langkah ini kuncinya adalah mengubah masalah fisika menjadi model matematikanya. Karena saya sudah terlanjur memberi contoh masalah kehidupan nyata maka jika ditinjau dari langkah ini maka saya harus menentukan langkah riil step by step, misalnya belajar terorganisasi atau berurutan dan berkelanjutan.
4.Application
Langkah application di sini kita melaksanakan semua gagasan dan langkah-langkah yang kitarencanakansebelumnya.
Langkah application di sini kita melaksanakan semua gagasan dan langkah-langkah yang kitarencanakansebelumnya.
5.Comprehension
Di langkah ini kita menggunakan teori yang sudah ada. Untuk kasus yang telah saya contohkan teori yang ada adalah mitos kalau belajar sebelum tidur itu baik dan jauh lebih baik belajar pada saat shubuh atau fajar. Di jelaskan dalam buku Misteri Shalat Shubuh bahwa banyak keajaiban atau mukjizat yang terjadi kala fajar.
Di langkah ini kita menggunakan teori yang sudah ada. Untuk kasus yang telah saya contohkan teori yang ada adalah mitos kalau belajar sebelum tidur itu baik dan jauh lebih baik belajar pada saat shubuh atau fajar. Di jelaskan dalam buku Misteri Shalat Shubuh bahwa banyak keajaiban atau mukjizat yang terjadi kala fajar.
2.2.4 Ciri-ciri Problem Solving
Problem Solving dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri
utama dari problem solving, yaitu :
a. Problem
solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi
problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Problem solving
tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian
menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui problem solving siswa aktif
berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
b.
Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah. Problem solving menempatkan masalah sebagai kata kunci
dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses
pembelajaran.
c. Pemecahan
masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif
dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara secara sistematis dan
empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan
tertentu. Sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada
data dan fakta yang jelas.
2.2.5 Langkah-Langkah Problem Solving
Problem
solving menggunakan pendekatan yang terdiri dari tiga langkah, dengan demikian
konsep problem solving ini bukan teori belaka,
tetapi telah terbukti keberhasilannya.Adapun tiga langkah problem solving
adalah :
a. Mengidentifikasi
masalah secara tepat.
Secara
konseptual suatu masalah (M) didefinisikan sebagai kesenjangan antara
kinerja aktual dan target kinerja (T) yang diharapkan, sehingga
secara simbolik dapat dituliskan M=T – A. Berdasarkan konsep seorang problem
solver yang professional harus terlebih dahulu manpu mengetahui berapa atau
pada tingkat mana kinerja aktual saat ini, dan berapa atau tingkat mana kinerja
serta kita harus mampu mendefinisikan secara tegas apa masalah utama kita
kemudian menetapkan pada tingkat mana kinerja aktual kita sekarang dan kapan
waktu pencapain target kinerja itu.
b. Menentukan
sumber dan akar penyebab dari masalah.
Suatu solusi masalah yang efektif, apabila
kita berhasil menemukan sumber-sumber dan akar-akar dari masalah itu, kemudian
mengambil tindakan untuk menghilangkan masalah-masalah tersebut.
c. Solusi
masalah secara efektif dan efisien.
Adapun
langkah-langkah menurut konsep Dewey yang merupakan berpikir itu menjadi dasar
untuk problem solving adalah sebagai berikut:
1) Adanya
kesulitan yang dirasakan atau kesadaran akan adanya masalah.
2) Masalah
itu diperjelas dan dibatasi.
3) Mencari
informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan atau
diklasifikasikan.
4. Mencari
hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesa-hipotesa kemudian hipotesa-hipotesa
dinilai, diuji agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.
5. Penerapan
pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai pengujian
kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai kepada kesimpulan.
Metode problem
solving ini menekankan pada penemuan dan pemecahan masalah secara
berkelanjutan. “kelebihan metode ini
mendorong siswa untuk berpikir secara ilmiah, praktis, intuitif dan bekerja
atas dasar inisiatif sendiri, menumbuhkan sikap objektif, jujur dan terbuka.
Sedangkan kelemahannya memerlukan waktu yang cukup lama, tidak semua materi
pelajaran mengandung masalah memerlukan perencanaan yang teratur dan matang,
dan tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.
Bagi
anak berkesulitan belajar dan
bahkan juga bagi anak yang tidak berkesulitanbelajar,
menyelesaikan soal bukan pekerjaan yang mudah.Oleh karena itu, pendekatan
pemecahan masalah dengan memanfaatkan alat peragadengan
langkah-langkah yang telah dikemukakan tampaknya lebih baik untuk digunakan
baik bagi anak berkesulitanbelajarmaupun
yang tidak berkesulitan belajar.
2.2.6
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Problem Solving.
Salah
satu tujuan pembelajaran ialah untuk menciptakan prodak siswa yang tidak hanya
memiliki keahlian koqnitif dan afektif saja melainkan seorang siswa juga
dituntut untuk cakap dalam mengembangkan psikomotorik, tujuan tersebut tidak
dari proses untuk memecahkan masalah, dan didalam memecahkan masalah tersebut
haruslah menghadirkan metode. Dan metode yang tepat ialah metode problem solving, salah satu metode metode yang
menekankan untuk berpikir krisis dan kreatif guna mencapai tujuan, tapi metode
tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan
Pembelajaran Problem Solving
1.
Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2.
Berpikir dan bertindak kreatif.
3.
Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4.
Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5.
Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6.
Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi dengan tepat.
7.
Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya
dunia kerja.
Kelemahan
pembelajaran problem solving
1.
Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan Pembelajaran ini.
Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan
mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2.
Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain
3.
Pengembangan program membutuhkan biaya tinggi dan waktu yang lama.
4.
Pengadaan dan pemeliharaan alat mahal .
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model pembelajaran tematik merupakan
pendekatan pembelajaran yang menunjukan kaitan unsure-unsur konseptual baik
didalam maupun antar mata pelajaran, untuk memberi peluang bagi terjadinya
pembelajaran yang efektif dan untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi
anak.
Pembelajaran
tematik sebagai pendekatan baru merupakan seperangkat wawasan dan aktifitas
berpikir dalam merancang butur-butir pembelajaran yang ditujukan untuk
menguntai tema, topic maupun pemahaman dan ketrampilan yang diperoleh siswa
sebagai pembelajaran secara utuh dan padu. Atau dengan pengertian lain
pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan,
merakit atau menghubungkan sejumlah konsep dari berbagai mata pelajaran yang
beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian untuk mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan siswa secara stimulan
problem
solving merupakan
suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa
situasi dan mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan
alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai
sasaran. Terkait dengan pengertian problem solving tadi bila dikaitkan dengan
pembelajaran maka mempunyai pengertian sebagai proses pendekatan pembelajaran
yang menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, dimana problem yang
harus diselesaikan tersebut bisa dibuat-buat sendiri oleh pendidik dan ada
kalanya fakta nyata yang ada dilingkungan kemudian dipecahkan dalam
pembelajaran dikelas, Dengan berbagai cara dan teknik.
.
3.2 Saran
Untuk
meningkatkan mutu dan proses pembelajaran sesuai yang di canangkan pemerintah,
maka diharapkan kepada semua pihak yang terkait dalam lembaga pendidikan, agar
dapat menerapkan pendekatan tematik di sekolah yang di ajarnya. Agar pendekatan
tematik terlaksana sesuai dengan yang diharapkan, maka diminta kepada guru
untuk mempelajari dengan baik mengenai pendekatan tematik secara mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah
B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang
Efektif dan Efisien, Jakarta, Bumi Aksara, 2008.
Harun
Nasution, Teknologi pendidikan, , Jakarta,
Bumi Aksara,2010.
Miarso,
Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta,
Pustekkom-Diknas, 2007.
R.
Ibrahim & Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran,
Jakarta, Penerbit Rineka Cipta, 1996.
Purwanto, et.al.. Jejak Langkah Perkembangan
Teknologi Pendidikan di Indonesia. Pustekkom Diknas,
Jakarta, 2005.
Zainal
Aqib, Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, Surabaya,
Penerbit Insan Cendikia, 2002.